writejelin

Sakit.

Orel meletakkan handphone di sampingnya setelah ia berhasil menghubungi kakaknya. Kepalanya terasa sangat sakit, semuanya terasa berputar.

Ia mencoba meraih meja belajarnya, mencoba berpegangan dan berjalan ke arah kasur.

Langkahnya terus bergerak sembari meraba benda benda di sekitarnya, rasanya perjalanan menuju kasur sangatlah jauh sekarang. Kepalanya terasa makin berputar, berat sekali.

Tangannya memegang kepalanya, berharap rasa sakitnya segera hilang karna demi apapun Orel sudah tidak kuat.

'Vertigo sialan..' batinnya.

Rasa pusing itu makin dirasanya, dunia seakan makin berputar. Orel bahkan tak mampu membuka matanya sekarang, rasa sakit itu terus menghujamnya tampa ampun. Hingga pada titik dimana ia sudah tidah lagi mampu menahan rasa sakitnya, dunianya sudah menghitam. Orel pingsan di kamarnya seorang diri.

Hasduk.

“Nanti jemput ga?” mobil terhenti tepat di depan pagar SMAN 127, Radit memperhatikan adiknya yang sibuk mengoreksi penampilannya sendiri.

“Iya jemput, jam 5 harus udah ada di depan pagar. Aku gamau nunggu”

“Iya yaudah sana, jangan ngaca mulu. Udah lengkap kok atributnya” ucap sang abang sambil menepuk pucuk kepala adiknya.

Orel menganggukkan kepalanya lalu segera turun dan berjalan kearah teman temannya yang sudah menunggu di depan pagar.


Kali ini semua anggota sudah berkumpul di lapangan outdoor.

Disana sudah berdiri 1 pembina Pramuka dan 1 pembantu pembina Pramuka, para Pramuka inti dan laki-laki yang berdiri tegap di depan barisan sambil menyilangkan tangannya di depan dada, benar, si pemangku adat.

“Mau bentuk barisan aja ramenya kaya gini, yakin mau jadi anggota penegak?”

Seketika suasana menjadi hening, para anggota sudah membentuk barisannya masing masing.

Orel mengumpat dalam hati, kesal.

'Yaelah baru juga hari pertama, kaya ga pernah rame aja lo'

“Oke, perwakilan kelas tolong di absen ya. Yang ga hadir tanpa ada surat ijin tulis A, selesai Pramuka hubungi penanggung jawab masing masing untuk laporan absensi” ucapnya.

Saat ini yang memberi materi adalah salah satu anggota Pramuka inti, ia memberikan materi dasar dan informasi untuk kemah pelantikan yang akan dilaksanakan bulan depan.

“Jan, temenin gue ke toilet dong. Kebelet” ucap Orel dengan wajah tidak tenangnya.

“Gamau ah, pegel. Toilet cewe jauh, si citra aja” Tunjuknya pada perempuan disebelahnya.

“Cit, ayo ah cit ikut. Kebelet nih”

“Gue lagi mens, males ah mau jalan”

Orel merengut, “Yaudah, gue sendiri aja deh”

“Kak, maaf. Mau ijin”

“Kemana?”

“Toilet kak”

Hanan menganggukan kepalanya, “Silahkan”

Orel bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah toilet perempuan, toilet perempuan letaknya cukup jauh dari lapangan outdoor. Letaknya bersebelahan dengan kelas XI dan XII.

“Aduh, ini toilet jauh bener si udah kaya mau pergi ke arab aja”

Orel memasuki Toilet dengan segera.

Selesai dengan urusannya, ia berniat kembali ke lapangan outdoor. Namun seseorang arah yang berlawanan berhasil membuat matanya membulat sempurna.

Laki-laki itu, Hugo. Berjalan dari arah lapangan outdoor dengan pakaian pramuka yang sudah banyak memiliki lambang prestasi serta pangkat yang menurut Orel sudah sangat tinggi, tidak lupa dengan langkah tegapnya.

“Aduh, gimana nih”

Jika ditanya mengapa Orel takut bertemu Hugo, jawabannya adalah karna pesan antar keduanya kemarin, ia merasa malu da takut jika harus berhadapan dengan kakak kelasnya yang sepertinya tidak tau caranya tersenyum atau bersikap ramah.

“Pura pura ga liat aja kali ya”

Orel keluar dari tempatnya sembunyi, berusaha memasang wajah yang juga tak kalah datarnya. Perempuan itu berjalan sampai akhirnya mereka berpapasan, Orel tetap berjalan sampai tiba-tiba Hugo membuka mulutnya.

“Hasduknya benerin”

Orel menghentikan langkahnya, melihat kearah Hugo lalu melihat hasduk yang berada di lehernya. Benar sangat berantakan, ia lupa untuk merapikannya tadi.

“O-oh hehe. Oke kak, maaf. Ini dibenerin”

Orel seketika memegang hasduknya lalu segera pergi dari hadapan laki-laki itu.

“Aneh” ucap Hugo sambil berlalu.

Masih Awal.

“Nanti jemput ga?” mobil terhenti tepat di depan pagar SMAN 127, Radit memperhatikan adiknya yang sibuk mengoreksi penampilannya sendiri.

“Iya jemput, jam 5 harus udah ada di depan pagar. Aku gamau nunggu”

“Iya yaudah sana, jangan ngaca mulu. Udah lengkap kok atributnya” ucap sang abang sambil menepuk pucuk kepala adiknya.

Orel menganggukkan kepalanya lalu segera turun dan berjalan kearah teman temannya yang sudah menunggu di depan pagar.


Kali ini semua anggota sudah berkumpul di lapangan outdoor.

Disana sudah berdiri 1 pembina Pramuka dan 1 pembantu pembina Pramuka, para Pramuka inti dan laki-laki yang berdiri tegap di depan barisan sambil menyilangkan tangannya di depan dada, benar, si pemangku adat.

“Mau bentuk barisan aja ramenya kaya gini, yakin mau jadi anggota penegak?”

Seketika suasana menjadi hening, para anggota sudah membentuk barisannya masing masing.

Orel mengumpat dalam hati, kesal.

'Yaelah baru juga hari pertama, kaya ga pernah rame aja lo'

“Oke, perwakilan kelas tolong di absen ya. Yang ga hadir tanpa ada surat ijin tulis A, selesai Pramuka hubungi penanggung jawab masing masing untuk laporan absensi” ucapnya.

Saat ini yang memberi materi adalah salah satu anggota Pramuka inti, ia memberikan materi dasar dan informasi untuk kemah pelantikan yang akan dilaksanakan bulan depan.

“Jan, temenin gue ke toilet dong. Kebelet” ucap Orel dengan wajah tidak tenangnya.

“Gamau ah, pegel. Toilet cewe jauh, si citra aja” Tunjuknya pada perempuan disebelahnya.

“Cit, ayo ah cit ikut. Kebelet nih”

“Gue lagi mens, males ah mau jalan”

Orel merengut, “Yaudah, gue sendiri aja deh”

“Kak, maaf. Mau ijin”

“Kemana?”

“Toilet kak”

Hanan menganggukan kepalanya, “Silahkan”

Orel bangkit dari duduknya dan berjalan cepat ke arah toilet perempuan, toilet perempuan letaknya cukup jauh dari lapangan outdoor. Letaknya bersebelahan dengan kelas XI dan XII.

“Aduh, ini toilet jauh bener si udah kaya mau pergi ke arab aja”

Orel memasuki Toilet dengan segera.

Selesai dengan urusannya, ia berniat kembali ke lapangan outdoor. Namun seseorang arah yang berlawanan berhasil membuat matanya membulat sempurna.

Laki-laki itu, Hugo. Berjalan dari arah lapangan outdoor dengan pakaian pramuka yang sudah banyak memiliki lambang prestasi serta pangkat yang menurut Orel sudah sangat tinggi, tidak lupa dengan langkah tegapnya.

“Aduh, gimana nih”

Jika ditanya mengapa Orel takut bertemu Hugo, jawabannya adalah karna pesan antar keduanya kemarin, ia merasa malu da takut jika harus berhadapan dengan kakak kelasnya yang sepertinya tidak tau caranya tersenyum atau bersikap ramah.

“Pura pura ga liat aja kali ya”

Orel keluar dari tempatnya sembunyi, berusaha memasang wajah yang juga tak kalah datarnya. Perempuan itu berjalan sampai akhirnya mereka berpapasan, Orel tetap berjalan sampai tiba-tiba Hugo membuka mulutnya.

“Hasduknya benerin”

Orel menghentikan langkahnya, melihat kearah Hugo lalu melihat hasduk yang berada di lehernya. Benar sangat berantakan, ia lupa untuk merapikannya tadi.

“O-oh hehe. Oke kak, maaf. Ini dibenerin”

Orel seketika memegang hasduknya lalu segera pergi dari hadapan laki-laki itu.

“Aneh” ucap Hugo sambil berlalu.

Ruang Guru.

Gadis itu berjalan dengan gontai sembari membawa beberapa buku tulis teman-temannya. Hari ini adalah hari ke-4 ia menyandang status sebagai siswi SMA kelas X setelah tiga hari menghadapi Masa Orientasi Siswa ( MOS ) yang tak kalah melelahkan dari apapun.

“Assalamualaikum” Orel membuka pintu ruang guru perlahan. Matanya mencari-cari dimanakah ia harus meletakkan buku ini, dari awal memang salahnya yang tidak menanyakan dimana meja guru pengajarnya.

'aduh anjir meja bu dina dimana lagi'

'orel kenapa lo ga nanya dulu sih'

Krieett....

Seseorang membuka pintu yang ada di belakangnya, laki-laki. Ia melihat kearahnya, mata mereka bertemu. Orel tau bahwa yang ada di depannya ini adalah kakak kelasnya, mengingat itu ia kembali mengalihkan pandangannya. Kembali berpikir bagaimana caranya bisa menemukan meja yang ia tuju.

Laki-laki itu menuju satu bangku yang berada di tengah-tengah ruangan, meletakkan beberapa kertas lalu berniat ingin pergi.

'apa gue tanya aja ya, disini ga ada siapa siapa'

'tanya dia aja kali ya'

“Kak, maaf..”

Laki-laki itu berhenti, seketika ia mengernyitkan alisnya.

“Kenapa?” tanyanya.

“Anu, maaf. Tapi, tau dimana meja bu dina ga?”

Wajahnya kembali datar seperti semula, lalu menunjuk meja yang berada di dekat lemari buku.

“Disana”

“Lain kali tanya dulu sebelum ngapa-ngapain”

Belum sempat Orel mengucapkan terimakasih tetapi Laki-laki itu sudah berlalu dari hadapannya.

Menyebalkan sekali.

“Sinting”

Ruang Guru.

Gadis itu berjalan dengan gontai sembari membawa beberapa buku tulis teman-temannya. Hari ini adalah hari ke-4 ia menyandang status sebagai siswi SMA kelas X setelah tiga hari menghadapi Masa Orientasi Siswa ( MOS ) yang tak kalah melelahkan dari apapun.

“Assalamualaikum” Orel membuka pintu ruang guru perlahan. Matanya mencari-cari dimanakah ia harus meletakkan buku ini, dari awal memang salahnya yang tidak menanyakan dimana meja guru pengajarnya.

'aduh anjir meja bu fina dimana lagi'

'orel kenapa lo ga nanya dulu sih'

Krieett....

Seseorang membuka pintu yang ada di belakangnya, laki-laki. Ia melihat kearahnya, mata mereka bertemu. Orel tau bahwa yang ada di depannya ini adalah kakak kelasnya, mengingat itu ia kembali mengalihkan pandangannya. Kembali berpikir bagaimana caranya bisa menemukan meja yang ia tuju.

Laki-laki itu menuju satu bangku yang berada di tengah-tengah ruangan, meletakkan beberapa kertas lalu berniat ingin pergi.

'apa gue tanya aja ya, disini ga ada siapa siapa'

'tanya dia aja kali ya'

“Kak, maaf..”

Laki-laki itu berhenti, seketika ia mengernyitkan alisnya.

“Kenapa?” tanyanya.

“Anu, maaf. Tapi, tau dimana meja bu fina ga?”

Wajahnya kembali datar seperti semula, lalu menunjuk meja yang berada di dekat lemari buku.

“Disana”

“Lain kali tanya dulu sebelum ngapa-ngapain”

Belum sempat Orel mengucapkan terimakasih tetapi Laki-laki itu sudah berlalu dari hadapannya.

Menyebalkan sekali.

“Sinting”