Surprise.

Lelaki bertubuh tinggi kini terduduk lemas di kursi kumuh yang entah sudah berapa tahun umurnya. Kursi itu begitu rapuh dan kusam.

Tempat itu juga sangat lusuh dan sangat kotor, tampak seperti area shooting film-film horror yang sering ditayangkan di televisi. Dindingnya banyak sekali ditumbuhi lumut, juga tak sedikit tanaman-tanaman liat yang menghiasinya.

Di sekitarnya banyak sekali material-material yang mungkin tidak bisa lagi disebut material, barang-barang itu lebih pantas disebut rongsokan yang seharusnya dihancurkan.

“Oh, are you awake?”

Sapa seseorang dari arah pintu yang berada di belakangnya, tubuh lelaki itu tinggi menjulang. Sepertinya ia sering berolahraga.

Pakaiannya serba biru, dimulai dari ripped jeans serta kemeja biru dan topi yang ia kenakan. Dan tak lupa liontin yang bertengger di lehernya, seakan sedang disembunyikan di dalam kemeja birunya, namun siapapun pasti bisa melihat liontin itu.

“Halo Darka, dongak dong. Liat nih siapa,”

Benar, Seseorang yang disapanya adalah Darka. Anak itu sudah sangat tidak mampu melakukan apapun, saat ini ia hanya mengandalkan tangan dan matanya untuk bergerak.

Efek obat bius yang terus-menerus diberikan oleh orang-orang itu membuatnya lemas tak berdaya, ditambah dengan tubuhnya yang diikat kuat dengan rantai besi yang begitu menyakiti kulitnya.

Darka mendongakkan kepalanya, matanya sayu, berusaha melihat seseorang yang tengah mencengkeram lehernya itu.

Dan betapa terkejutnya ia melihat seseorang di depannya, manik mata yang tadinya enggan untuk melihat kini terbuka sempurna,

“Bang?!!” suaranya menggelegar ke seluruh ruangan kumuh ini.

“Hahaha halo, surprise!”

Seseorang serba biru itu merentangkan tangannya seakan menikmati wajah terkejut pada korban di depannya ini.

“Bang? did you do all this?” ucapnya, suara Darka kini sedikit melemah namun tetap seakan menuntut penjelasan.

“Engga, target gua bukan lo. Gua cuma lancarin aja dikit-dikit.”

Darka seakan tersulut emosi, matanya menatap orang di depannya. Tangannya mengepal erat, ingin sekali ia menghabisinya.

“Cih hahaha. Bang, begini ya bentukan manusia munafik?”