Pemandangan tak terduga.
“Achi nanti di dalem gak boleh nakal ya? temenin bunda kerja aja oke?” ucapnya pada si kecil yang berada pada genggamannya.
Syania memasuki kantor dengan perasaan cemas, ia takut dengan pandangan-pandangan aneh teman-teman kantornya.
“Wah, ini siapa?” cetus salah satu teman kerjanya, “Anak lo syan?”
“Iya hehe,”
Cila, temannya kantornya itu tidak menyahut lagi. Ia sibuk menyapa Achi yang tengah menatap orang di depannya dengan bingung, juga dengan mulutnya yang sibuk menghisap dot kesukaannya.
“Yaudah deh, gue ke atas dulu ya cil,” ucapannya di iyakan oleh Cila.
“Achi cantik duduk sini dulu ya sayang, jangan kemana mana ya,” katanya pada anak semata wayangnya itu.
Syania berdiri bergegas untuk membuat teh hangat untuk bos nya, dilihatnya ruangan Adit yang masih kosong. Biasanya lelaki itu datang lebih siang, jadi tidak heran mengapa ruangan kerjanya masih kosong.
Meskipun begitu, Adit adalah orang yang sangat disiplin. Semua peraturan harus dipatuhi, seperti saat ini, teh hangat harus ada di atas meja kerjanya ketika ia sampai nanti.
“Ya tuhan, ini ruangan udah gue bersihin deh kemaren. Kenapa berantakan lagi kayak kandang sapi,” celotehnya.
Dengan cepat Syania membersihkan ruangan itu, menata semuanya seperti semula.
'Gak heran kenapa itu orang gak laku, bersihin ruangan sendiri aja gak bisa.' batinnya, kesal sekali rasanya.
Selesai dengan pekerjaannya ia memutuskan kembali ke tempat kerjanya, menemui Achi yang pasti sedang menunggunya.
“Achi, mau minum su—” kalimatnya terhenti setelah melihat pemandangan mencengangkan di depannya.
Ia berusaha tak mengeluarkan suara sedikitpun saat ini.
Di sana, bos nya tengah tersenyum, mengelus dan bercanda bersama buah hatinya. Pemandangan ini jarang sekali ia lihat, wajah sumringah Adit, serta senyumnya yang begitu tulus.
“Anak cantik, anak siapa ini?” “Cantik banget ini jepitannya, bunda ya yang beliin?”
Ucapan Adit barusan terdengar jelas, juga suara tawa Achi yang terdengar sangat senang bertemu Adit.
“Permisi pak Adit..”
Adit menolehkan kepalanya pada Syania, terkejut dengan keberadaannya saat ini.
Seketika, wajah yang tadinya tersenyum hilang dalam satu kedipan. Aura kejamnya kembali terlihat, ia berdiri tegak dari duduknya, menatap Syania dengan tatapan dinginnya.
'Kok mukanya berubah? ini orang berkepribadian ganda?
“Teh hangatnya udah kamu buat?” ucapnya dengan nada yang terdengar datar.
“Sudah pak, ada di ruangan pak Adit,”
Adit menganggukkan kepalanya, menatap sekilas Achi yang berada di meja kerjanya.
Ia melangkahkan kakinya, bergegas menuju ruangannya.
“Kerja yang bener,” Adit menepuk pundak Syania dan segera berlalu dari hadapan perempuan itu.
'Sinting, super sinting. Awas aja lo demen sama anak gue.'