Obrolan
“Wassup!” sapa seseorang dari arah pintu masuk cafe bernuansa coklat muda ini.
Cafe ini cukup terpencil dan tidak mudah terlihat oleh beberapa orang.
“Udah lama?”
“Chill, baru aja kok”
“Jadi gimana?” tanya pria itu kepada seseorang di depannya. Dua lelaki ini tampaknya sangat akrab, seperti kawan lama yang tengah berbincang bersama.
“I want to start with fina first, main-main sama dia kayaknya lumayan seru,” ujur bibir lekaki itu terangkat, seakan siap dengan semua permainannya.
“Hahaha, I hope this plan goes well. Gua udah muak sebenernya,” ucapnya, tangannya ia gunakan untuk menggantung jaket dan topi biru di sebelah kursinya.
“Hari ini mereka kumpul,” lanjut si lelaki dengan sepuntung rokok di tangannya, “gua skip hahah, males.”
“Because of what they said yesterday?”
Ia mengangguk sebagai balasannya,
“Gua juga takut mereka sadar sama ekspresi gua, you know that I can't control my face when I'm annoyed with people,”
“They've dared to bring up problems that they shouldn't have to bring up, apalagi ini about my dad.”
Lelaki di depannya tertawa, ia paham bahwa kawannya ini tengah dilanda rasa kesal dan gusar yang bertubi-tubi.
“so? shall we carry out this plan?”
“ofc, now.”