Liontin dan Ibu.
“Ibu! aku habis gambar rumah panti, liat deh,” ucap seorang anak laki-laki yang berlari ke arah wanita paruh baya yang tengah terbaring lemah di atas kasur.
“Wah, Arian anak Ibu pintar sekali,” jawabnya, suaranya tak ia biarkan terdengar lemah.
“Makanya Ibu harus cepet sembuh, biar Arian dan Arion makin pintar!”
Mendengar ucapan salah satu anak asuhnya itu sang Ibu hanya tersenyum, tidak ada yang bisa ia berikan saat ini selain isyarat ketenangan.
Wanita itu bernama Dian, sang Ibu panti. Ia adalah pengasuh panti asuhan melati selama beberapa tahun terakhir, menjaga dan merawat anak-anak panti bersama salah satu rekannya.
Dian adalah sosok yang berhasil menjadi Ibu kesayangan bagi anak-anak panti, hadirnya adalah sumber kebahagiaan bagi anak-anak kecil itu. Terutama bagi sepasang anak kecil Arian dan Arion, keduanya sangat mencintai Dian layaknya seperti Ibu kandung mereka sendiri.
Namun sayang, tahun ini Dian menderita sakit yang cukup serius yang mengakibatkan ia tidak bisa beraktivitas dan bermain bersama anak-anak panti seperti biasanya.
Cukup menyedihkan baginya dan seluruh penghuni panti.
“Arion mana? coba panggil kesini,” pintanya pada Arian kecil.
Ia mengangguk dan segera memanggil teman mainnya itu.
“Ibuuuu! Arion datang!”
“Wah anak-anak Ibu kelihatannya bahagia sekali ya hari ini.”
“Iya dong! karena aku sayang Ibu aku harus bahagia setiap saat!” ucap Arion kecil dengan tingkah lucunya.
“Hahaha, sini duduk. Ibu punya hadiah,” bisiknya pada kedua anak laki-laki itu.
Arian dan Arion mendudukkan dirinya di samping sang Ibu, penasaran dengan hadiah yang akan diberikan Ibunya.
“Hadiah apa, ayo kasih tau!” Arian kecil terlihat girang sekali.
“Arian sabar dong!” cetus Arion.
Dian yang melihatnya hanya tersenyum gemas, “Sudah sudah, coba hadap sini.”
Mendengar itu keduanya segera menempatkan tubuhnya tepat di depan Dian, menatapnya dengan mata yang menggemaskan.
Tidak butuh waktu lama Dian langsung mengeluarkan dua liontin biru, dengan cepat ia memakaikan liontin itu pada kedua putranya. menatap keduanya dengan tatapan sayang.
“Ibu kok hadiahnya cuma dua? teman-teman Arion dan Arian kan banyak di sini.”
“Yang ini memang khusus Ibu berikan untuk anak tampan Ibu, Arian dan Arion,” ucapnya sembari mengecup pucuk kepala kedua putranya itu.
“Nak, Arian dan Arion sudah besar, sudah makin pintar, makin cakep juga. Ibu selalu mengajarkan Arian dan Arion jadi manusia yang baik dan berbakti, selalu ingat itu ya? Nanti kalau Arian dan Arion sudah besar, tolong selalu hindari hal-hal yang buruk apalagi berbuat jahat ke orang lain. Jangan ya, nak?”
“Arian dan Arion anak Ibu, tumbuhlah jadi anak yang berperilaku baik, nak. Doa Ibu selalu menyertai kalian berdua.”
Kalimatnya saat itu menjadi akhir dari tugasnya untuk menjaga panti asuhan melati, kondisinya semakin memburuk dan tidak tertolong.
Dian meninggal dunia dengan disaksikan oleh si kecil Arian dan Arion.