Laki-laki yang hangat.

Tok.. tok.. tok..

Syania mengetuk pintu ruangan bos besarnya, tangannya terlihat membawa secangkir teh hangat pesanan Adit.

“Permisi pak Adit,” ia memasuki ruangan itu, “ini teh hangatnya.”

Ia meletakkan teh itu di atas meja kerja Adit, melirik sebentar pada lelaki itu.

Dilihatnya wajah bos nya yang pucat, ia memejamkan matanya seperti menahan sakit. Sedikit khawatir, Syania tidak tahu harus melakukan apa.

“Pak Adit..” “Pak Adit gapapa?” tanya Syania memastikan.

Tidak ada jawaban dari sang lawan bicara, Adit tidak merespon ucapannya.

'Ya Tuhan, mukanya kayak orang sekarat gini..'

Ia membawa tangan lentiknya untuk memeriksa kening lelaki itu, memastikan kondisi bos nya saat ini.

'Astaga ini bukan demam lagi tapi udah gosong..' batinnya.

“Pak Adit, bangun dulu pak..”

Syania menepuk pipi dan pundak Adit bergantian, ia cemas sekali dengan kondisi Adit yang sama sekali tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

“Apalagi..” lirihnya pelan.

“Pak Adit coba tiduran di sofa dulu ya,” ucap Syania selembut mungkin.

“Belum minum obat ya pak?”

Adit menggeleng, sungguh ia tidak mampu berbicara banyak hal saat ini.

“Yaudah, ayo tiduran di sofa dulu ya,” ia berusaha menuntun Adit pada sofa yang terletak berseberangan dengan meja kerja Adit.

Ia meraih kotak P3K yang terletak di bawah meja, mengambil beberapa obat untuk diberikan kepada bos nya itu.

“Achi udah kamu jemput dari ruangan Bian?” ucapnya.

Syania mengernyit, bisa-bisanya di kondisinya yang seperti ini ia mampu bertanya tentang anaknya—Achi.

'Aneh..'

“Udah pak..” “Pak Adit lagi sakit, ngapain deh mikirin yang lain,” jawab Syania, matanya kembali fokus pada obat-obatan yang berada di depannya.

“Ini pak, diminum dulu,” “Nanti tidur aja dulu, kalau udah jam meeting saya bangunin.”

Ia membereskan P3K nya dan hendak beranjak pergi dari ruangan itu, Namun..

“Syan, kamu di sini aja sebentar,” Adit meraih dan menahan pergelangan tangannya.

Syania terkejut dengan gerakan tiba-tiba yang Adit lakukan, ia sedikit tak percaya dengan sikap bos nya saat ini.

Tidak banyak bicara, manja, dan permintaannya sangat tidak masuk akal.

“Di sini aja..”

Ia kembali berucap, wajahnya terlihat sayu. Tangan yang berada di pergelangan tangannya terasa hangat akibat suhu tubuhnya yang sangat tinggi.

Entah apa yang merasuki pikirannya, Syania menuruti permintaan lelaki itu, “Iya..”

Syania mendudukkan dirinya di sebelah Adit, membenarkan bantal yang ditidurinya.

Di saat seperti ini Adit terlihat sangat damai sekali dalam tidurnya, tidak ada tampang menyebalkan dan kejam.

Secara tidak langsung, perempuan yang kini berada bersama Adit di ruangan itu mengakui bahwasanya lelaki yang berstatus bos nya ini memang benar-benar tampan. Ia sungguh-sungguh mengakuinya kali ini.

'Pantes Achi suka, ternyata gini..' batinnya lagi.

Senyumnya terukir, sekarang ia tahu mengapa anaknya sangat menyukai lelaki ini.

Aditya sebenarnya adalah seseorang yang hangat.

“Cepet sembuh ya, Pak Adit..”