Kejutan.
Sehabis menerima pesan dari seseorang yang entah siapa identitasnya itu Fina bergegas pergi ke tempat yang diberitahukan sebelumnya.
Sebenarnya hari ini teman-temannya mengajaknya untuk bertemu untuk membicarakan soal Darka yang hilang entah kemana, namun ia memutuskan untuk menolaknya, perjanjian ini lebih penting untuknya.
Kini dirinya berdiri di depan gedung kosong yang letaknya bersebelahan dengan rumah sakit farma yang kabarnya akan di gusur dalam waktu dekat.
Bangunan itu terlihat berantakan sekali, tanaman-tanaman liar tumbuh dimana-mana. Terlihat sangat sunyi sedikit membuat kesan ngeri di dalamnya semakin kuat.
Fina melangkahkan kakinya semakin dekat dengan bangunan itu, melihat kesana-kemari untuk memastikan ada manusia lain di sana.
“Fina, ya?” seseorang menepuk pundaknya pelan.
Ia membalikkan badannya, laki-laki dengan badan tegap dan kulit putih serta rambut yang hitam legam tengah berdiri di depannya.
Laki-laki di depannya ini bukan seperti seseorang yang memiliki jiwa kriminalitas.
'Gak kayak manusia kriminal yang gue bayangin..'
Fina mengernyitkan alisnya, “lo? anonim sialan itu?” ucapannya tak terdengar ramah.
“Enggak, gua cuma disuruh dateng dan ngasih lo ini,” tangannya memberikan amplop coklat pada gadis di depannya itu.
“Lo siapanya?”
Tidak ada jawaban, laki-laki itu hanya tersenyum.
“Fina, I'm not as bad as you think..” “Lo gak perlu waspada sama keberadaan gua,” kalimatnya seperti terhenti, ia mendekatkan wajahnya pada daun telinga Fina. Seperti membisikkan sesuatu disana,
“Tapi lo harus waspada sama temen-temen lo sendiri..”
Perempuan itu bergidik, seperti tersihir akan ucapan lelaki yang tak dikenalnya ini.
Fina menatap ke dalam mata lelaki itu, mencari kebohongan yang mungkin akan ditemuinya di sana.
Tapi nihil, laki-laki ini tak menyimpan kebohongan apapun.