Calon Kekasih.
Suasana pagi ini cukup tenang, sekolah Orel masuk tidak terlalu pagi hari ini. Jadi dia bisa bersantai sebentar dan sesekali membersihkan rumah.
“Abang berangkat jam berapa?” tanyanya sembari menyapu lantai.
“Bareng aja nanti. Masuk jam berapa sih kamu?”
“Jam 8.”
Radit mengangguk dan kembali menonton acara TV yg sebenarnya tidak ada yang menarik disana.
Sementara Orel hanya berjalan kesana-kemari merapikan segala sesuatu yang menurutnya tidak rapih, gadis ini memang selalu suka sekali bersih-bersih.
Sejak kecil ia selalu melihat mamanya yang selalu membersihkan rumah setiap pagi, hal itu membuatnya tertarik. Menurutnya membersihkan rumah adalah sesuatu yang keren. Aneh memang.
Sekarang jam menunjukkan bukun 7 lewat 15 menit, Orel menyelesaikan pekerjaannya dan segera berlari ke arah kamar mandi,
“Abang, adek mandi dulu ya. Abang siap-siap, adek gamau nunggu!” teriaknya dari arah kamar mandi.
Radit hanya menggelengkan kepalanya, tak heran akan sikap adik kecilnya itu.
Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, Orel keluar dengan seragamnya yang sudah terpasang rapih.
Ia segera menyiapkan segala keperluannya, lalu turun hendak menghampiri Radit.
Namun langkahnya terhenti ketika melihat seseorang sedang mengobrol santai dengan abangnya. Perawakannya tidak terlihat jelas karena lelaki itu membelakanginya.
“Abang? ada siapa?”
Radit sedikit terkejut, namun langsung tersenyum setelahnya
Orel terkejut setengah mati ketika melihat lelaki itu membalikkan badannya, orang itu Hugo, seseorang yang membuatnya kesal setengah mati kemarin.
“Loh? ngapain disini?” cetusnya.
“Mau berangkat bareng lo.”
“Gamau, gue bareng bang Radit.”
Hugo melirik ke arah Radit lalu tersenyum kecil, ia berdiri lalu menghampiri Orel. Dengan cepat Hugo menarik pergelangan tangan orel pelan, “Bang, kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Radit terkekeh melihat wajah adiknya yang terlihat kesal.
“Apaan sih lo?” protes Orel pada Hugo.
“Gua mau berangkat bareng lo.” ucap Hugo singkat tanpa melihat ke arah Orel.
“Tapi gue gamau!”
Mendengar itu Hugo langsung mengeluarkan cilor buatan bundanya dari dalam tas nya.
“Yakin gamau?” Hugo menggoda Orel dengan benda yang ada di tangannya, sesekali mendekatkan makanan itu pada hidung Orel.
“Yang ini spesial, buatan bunda gua,”
“Tapi kalo gamau yaudah, gue ambil lagi cil—” Hugo hendak memasukkan kembali cilor yang ada di tangannya, namun perempuan di sebelahnya menghentikan aksinya.
“Mau!”
“Mau, sini cepetan!”
Hugo tersenyum tipis lalu menatap Orel, “Tadi katanya gamau? yaudah sana turun, cilornya buat gua aja.”
“Ihh,” Orel segera merebut cilor yang ada di tangan Hugo, “udah ngasih gaboleh di ambil lagi.”
Perkataannya berhasil membuat Hugo terbahak-bahak, “Gemes banget sih.”
Tangan lelaki itu terangkat mengusak rambut Orel, sang empu hanya terdiam dan diam-diam tersenyum tipis.
“Berangkat ga nih?” lanjutnya, Orel menganggukkan kepalanya.
Lalu, sedetik kemudian wajah Hugo tiba-tiba berada dekat sekali dengan wajahnya, “K-kak?”
“Seatbelt nya belum dipasang cantik.”
Wajah Orel sudah sangat merah saat ini, Hugo terkekeh melihat tingkah adik kelasnya yang terlihat salah tingkah.
“Beneran berangkat ga nih?” Hugo menolehkan kepalanya pada Orel.
“Ya berangkat aja sih?!”
Tawa Hugo meledak saat itu juga, sangat menyenangkan melihat wajah salah tingkah calon kekasihnya ini.