Bersama Adit dan Achi.

“Ribet banget sih kamu?” ucapnya pada sekretaris perempuannya itu.

Pasalnya dirinya sudah daritadi berdiri di lobi kantor tetapi sekretarisnya ini tak kunjung sadar kehadirannya.

“Iya maaf pak, lagian pak Adit udah di sini kenapa gak langsung panggil saya,” katanya membela diri, tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Achi yang sedari tadi bingung dengan percakapan orang dewasa ini.

“Gak mood.”

'Dih? emangnya gue mood pergi sama lo begini?'

Adit melirik Achi yang menatap keduanya, tersenyum tipis lalu berjongkok mensejajarkan dirinya dengan si kecil.

“Achi mau jalan-jalan gak?”

Sang empunya nama hanya melongo, melihat seseorang di depannya lalu tersenyum girang.

“Gendong yuk, mau ya? biar gak capek,” tawar Adit pada Achi.

Dan betapa terkejutnya Syania melihat anak semata wayangnya itu tiba-tiba merentangkan tangannya kepada Adit, senyumnya merekah sempurna.

“Hahaha ayo jalan-jalan,” selanjutnya ia menggendong Achi dan mengusap pipi anak itu dengan lembut.

Sementara seseorang yang berstatus sebagai Ibunya sekarang tengah menatap keduanya dengan tatapan yang sulit ditebak, anak perempuannya sangat senang bertemu Adit sejak pertama kali. Ia tahu akan hal itu.

“Syania, kenapa ngelamun? ayo cepet,” ucapan Adit membuyarkan lamunannya.

“O-oh iya pak, ayo.”

Sepanjang perjalanan ia terus melihat interaksi Adit dan Achi, heran dengan tingkah bos nya ini.

'Ini sebenernya mau beli peralatan kantor apa mau cosplay jadi guru play group sih'