Ardanu, namanya Aditya.

Keduanya sudah sampai di pemakaman umum yang terletak di tengah-tengah kota. Tepatnya di tempat peristirahatan terakhir mantan suaminya itu.

Hiruk-pikuk jalanan masih terdengar hingga ke dalam pemakaman, dedaunan yang layu jatuh diterpa angin menjadi penghias di kala itu. Kini suasana begitu sunyi, hanya ada suara langkah kaki dari keduanya.

Tidak ada yang berani membuka suara, Syania seperti dipaksa membuka memori lamanya ketika melihat gundukan tanah yang berada di bawah pohon yang cukup rindang.

“Assalamualaikum Ardan, ini Syania..” ucapnya pelan ketika sampai di depan nisan yang bertuliskan 'Satria Ardanu'

Ia mengusap nisan itu, memandanginya penuh rindu.

“Maaf ya aku udah lama banget gak jenguk kamu,” “Achi sekarang udah besar Ar, matanya sama persis kayak punya kamu,”

Syania bercerita panjang lebar di sana, meluapkan rasa rindunya untuk terakhir kalinya.

Sementara di sisi lain, Aditya dengan senang hati memandangi perempuan itu dengan tatapan yang begitu lembut.

Adit sadar, tidak ada air mata yang hadir di mata Syania. Tidak ada raut wajah kesedihan di sana, Syania sudah benar-benar berhasil untuk menerima takdir semesta. Betapa kuatnya wanita ini, batin Adit terketuk.

“Ardan, sebentar lagi aku mau menikah. Achi mau punya Ayah baru,” “Ijinin aku untuk ganti posisi kamu, ya?”

Kalimatnya terhenti, tangannya kembali mengusap nisan milik Ardanu.

“Ar, di hadapan aku ini.. namanya Aditya,”

Syania menatap Adit yang kini berada di hadapannya, tersenyum lalu mengangguk pelan.

“Ardanu, terimakasih sudah bersedia menjaga Syania sampai akhir. Terimakasih karena sudah menjadi sumber kebahagiaan untuk pujaan hati saya meskipun sebentar, kamu benar-benar anugerah bagi mereka berdua,” “Sekarang, Achi dan Syania akan menjadi tanggung jawab saya sampai akhir hayat hidup saya.”

Ucapannya benar-benar nyata, Aditya tidak pernah main-main. Tekadnya untuk memulai semuanya bersama Syania sudah menjadi niatnya sejak awal. Bahkan jika ditanyakan seribu kali pun, Syania akan menjadi tujuan akhirnya.

Saat itu, dengan disaksikan oleh Tuhan dan semesta. Di depan nisan putih nan kumuh ini, bersama niatnya yang begitu suci, ada jiwa yang ikut berbahagia.

Kini, Ardanu sedang tersenyum gembira melihat keduanya.