Adit dan perasaan tak berujung.
Hari itu, sekolah nampak sepi sekali. Hanya ada beberapa siswa yang mengikuti ekskul dan petugas kebersihan sekolah.
Laki-laki dengan peluh membasahi rambutnya serta Jersey yang dikenakannya tengah meneguk minumannya.
Lapangan futsal SMA Neo saat ini sudah sepi, hanya dirinya yang masih betah berdiam diri di sana.
Matanya memperhatikan tiap sudut sekolah yang sudah sepi itu, sesekali ia menyibak rambutnya yang basah akibat keringat.
Tidak ada yang menarik dari suasana sekolahnya saat itu, semua siswa pasti sudah pulang ke rumah mereka masing masing. Namun, pandangannya terhenti tiba-tiba. Matanya memperhatikan seorang perempuan yang melewati lapangan futsal.
Perempuan itu memakai seragam sekolah yang sama dengan milik Adit, parasnya juga sangat menawan. Perempuan itu, yang kini berjalan menuju toilet sekolah, adalah seseorang yang Adit—sang ketua futsal sukai.
“Mau sampai kapan sih diliatin mulu, digebet dong buruan,” tepukan pelan pada pundaknya membuat lamunannya buyar.
Adit menggeleng lalu menundukkan kepalanya, “gak usah.”
“Syania cantik Dit, siapa sih yang gak pengen pacarin dia?” ucap Arya, tangannya merebut botol minum yang Adit genggam lalu meneguknya cepat, “dari kelas 10 lo begini mulu sampai sekarang kita mau lulus.”
Sang empu hanya menghembuskan nafasnya pelan, ia tidak tahu harus berbuat apa. Memang betul rasa sayangnya pada perempuan bernama Syania itu bukan main-main dan sama sekali tidak ia sepelekan.
Namun ia tidak memiliki cukup kemampuan untuk bertindak lebih, ia merasa belum cukup untuk Syania, seperti ada yang kurang dari dirinya.
“Adit, Syania besok nikah..”
Empat kalimat itu berhasil menghantam hatinya.
Setelah bertahun-tahun ia berusaha memantapkan dirinya untuk bersanding dengan pujaan hatinya, namun ternyata semesta tak pernah benar-benar baik pada lelaki ini.
“Dit, lo gapapa kan?”
“Gapapa lah,” “Lagian kan cuma cinta monyet, bukan apa-apa.”
Bohong, ia telah berdusta pada dirinya sendiri. Fakta bahwa Syania menikah dan akan menjadi milik orang lain membuat dadanya sesak sekali.
Sangat menyakitkan, Aditya harus dipaksa mengikhlaskan.